Selamat datang di "Zona Ukhuwah Kita" UKMF KM Al Fatih FE UNY. SPIRIT PERBAIKAN! RAIH KEMENANGAN!

Senin, 22 April 2013

Investasi#2




Kisah Nabi Ismail as. dan Nabi Ibrahim as. menjadi wujud tawakal kepada Allah

   KEMBALI. UKMF Al Fatih kembali menggelar acara investasi#2. Setelah bulan Maret mendapat supplay ilmu dari Ustadz Deniz Dinamiz tentang ukhuwah dalam investasi#1. Dibersamai oleh ustadz Diar Rosdayana, investasi#2 berlangsung di Taman Rumput FE (Senin, 22/4). Dengan tema “Harapan itu Masih Ada” kegiatan tersebut dibuka dengan pembacaan tilawah. Kegiatan yang diadakan di ruang terbuka diharapkan mampu meningkatkan syiar Al Fatih kepada seluruh mahasiswa muslim di FE.   
        
        “Harapan itu Masih Ada” yang diartikan sebagai sebuah ketaqwaan kepada Allah dengan sebuah ikhtiar dan tawakal kepada-Nya, Ustadz Diar mengawali materinya dengan cerita kisah Nabi Ibrahim as.

Kisah Nabi Ibrahim as. bersama istrinya, Siti Hajar yang melakukan perjalanan dari Syriah ke Mekkah selama 6 bulan ketika Ismail masih kecil. Setibanya di Mekkah, Siti Hajar harus menerima kenyataan bahwa suaminya harus meninggalkan dirinya dan anaknya di Mekkah yang masih gersang dan tandus. Hal tersebut dikarenakan Nabi Ibrahim as. harus menjalankan perintah dari Allah.

“Dari cerita tersebut, kita dapat menggambil satu nilai yang sangat berharga, yakni prinsip Ketawakalan. Yakni dari kisah Nabi Ibrahim yang rela meninggalkan anak istrinya demi perintah Allah”, Tutur Ustadz Diar di sela-sela penyampaian materi.

Selain itu, lanjutnya, “Sebagai seorang muslim, ketika kesalahan itu terjadi, hal pertama yang kita lakukan seharusnya introspeksi diri. Ini tercermin dari Siti Hajar ketika akan ditinggal Nabi Ibrahim.” Dalam hal tersebut Siti Hajar bertanya, “Kenapa kau meninggalkanku? Apakah ini dosaku?”
Menurut Ibnu Qayyim, Tawakal terdiri dari 2:
1.       Tawakal untuk menjalankan apa yang diinginkan.
2.       Tawakal untuk apa melakukan apa yang Allah sukai.
Hal yang membedakan antara kedua tawakal tersebut adalah ketika kita menjalankan tawakal kedua, maka tawakal pertamapun akan kita peroleh. Namun, tidak demikian ketika kita hanya menjalankan yang pertama.
Kisah Nabi Ibrahim as. yang mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih putranya sendiri, Nabi Ismail as. merupakan wujud dari tawakal untuk melakukan apa yang Allah sukai. Karena Perintah Allah, Nabi Ibrahim as. rela melakukannya. Berdasarkan tawakal kepada Allah-lah akhirnya Nabi Ibrahim as. mendapatkan kebahagiaan, karena keinginannya untuk tetap bersama Nabi Ismail as. terpenuhi.

Sedangkan, dalam hubungannya antara ikhtiar dan tawakal Ustadz Diar menyampaikan bahwa keduanya memiliki keterkaitan. Ustadz Diar juga menyampaikan Surat An-Nisa ayat 71 tentang perintah untuk ikhtiar.
Beberapa kisah tentang ikhtiar, antara lain:
1.       Tongkat Nabi Musa as. membelah laut merah
Ketika Nabi Musa as. dikejar oleh bala tentara Fir’aun di laut merah. Dalam keadaan demikian, muncul rasa takut di hati Nabi Musa as. Akan Tetapi, di saat itulah muncul perintah Allah untuk memukulkan tongkatnya ke laut merah, dan akhirnya laut merah terbelah.
2.       Tongkat Nabi Musa as. berubah menjadi ular
Terjadi ketika Nabi Musa as. bersama Ahli Nujum yang dalam kebiasaannya melemparkan ular. Pada saat itulah Nabi Musa as. juga diperintah untuk melemparkan tongkat,  dan akhirnya tongkat tersebut berubah menjadi ular besar yang memakan ular-ular kecil mereka.
3.       Makanan untuk Maryam
Dalam keadaan lapar dan haus, Siti Maryam duduk di bawah pohon. Kemudian, ia memperoleh perintah dari Allah untuk menggoyangkan pohon kurma yang sangat kokoh, dan akhirnya ia memperoleh makanan untuk menghilangkan lapar dan haus.

Dari beberapa contoh kisah diatas, Allah tidak serta-merta langsung memberikan bantuan-Nya. Akan tetapi, semua melalui proses. Melalui proses melemparkan tongkat, atau menggoyangkan pohon. Proses tersebutlah yang dimaksud dengan ikhltiar. Ikhtiar seharusnya tidak berorientasi pada hasil, tetapi harus diyakini dari semangat yang kita lakukan dan juga memperoleh bantuan dari Allah.
  •  Walaupun ikhtiar merupakan pilihan, ikhtiar wajib dilakukan ketika menjadi perintah Allah.
  • Mengutamakan ikhtiar dari tawakal merupakan hal yang bathil dilakukan.
  • Ikhtiar tidak mungkin dilakukan ketika kegiatan yang dilakukan diharamkan Allah dan hanya mengutamakan tawakal semata.
  • Ikhtiar mubah dilakukan harus dipertimbangkan berpengaruh atau tidak. Kalau hanya memiliki pengaruh kecil tidak perlu dilakukan.
Sesungguhnya tawakal dan ikhtiar hanya diri sendiri yang bisa melihatnya. Maka dari itu, tawakal juga berhubungan dengan keimanan. Karena, bisa jadi ketika ikhtiar lupa dengan perintah Allah, tetapi diakhir pasrah baru bertawakal kepada Allah.
Jenis-Jenis tawakal:
1.       Tawakal kepepet
Ingat Allah ketika sudah diakhir dan kepepet. Hal tesebut sama dengan kisah Fir’aun yang diakhir hayatnya baru berkata kalau percaya pada Tuhan.
2.       Tawakal yang diniatkan
Tawakal yang sudah dilakukan sejak awal, dan diniatkan untuk tawakal serta dilakukan terus menerus.  Karena, kita hidup di dunia seperti wayang yang sudah memiliki cerita dan sekenario sendiri dan hanya menjalankannya kemudian berserah diri kepada Allah.
Di akhir materinya, Ustadz Diar mengakhir dengan hadits riwayat Timidzi yang mengatakan bahwa 70.000 orang yang masuk surga yakni orang yang tidak menggunakan jampi-jampi dan dijampi-jampi, orang yang tidak meramal nasib dan orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan takut kepada Allah. (Riqi Astuti)
Wallahu alam bi sawab.

1 komentar:

  1. lanjutkan berbagi kebaikan....
    do the best of the best n keep spirit AL-FATIH FAMILY ^_^

    BalasHapus